Rasa Hangat di Sore Hari: Cerita dari Resto Kayu Manis
Pengalaman Makan di Resto Kayu Manis Kediri
Ada beberapa tempat makan yang bukan hanya memanjakan lidah, tapi juga meninggalkan kesan hangat di hati. Salah satunya bagi saya adalah Resto Kayu Manis di Paron, Kabupaten Kediri. Letaknya memang cukup jauh dari rumah saya di Pare, tapi setiap kali ada kesempatan, terutama ketika orang tua dari Lamongan berkunjung, tempat ini selalu jadi pilihan utama untuk makan bersama keluarga.
Suasana yang Nyaman dan Luas
Begitu memasuki area parkir, kesan pertama yang muncul adalah lega. Halamannya cukup luas, dan suasananya terasa rapi serta bersih. Interiornya didominasi unsur kayu — sederhana, tapi terasa hangat dan alami. Saya suka karena suasananya tidak terlalu formal, tapi tetap terasa nyaman untuk acara keluarga maupun makan bersama rekan kerja. Tak jarang saya melihat ada rombongan kantor yang sedang makan bersama, dan itu menambah suasana hidup di dalam resto.
Biasanya saya datang sekitar pukul lima sore, saat udara mulai sejuk dan langit Kediri pelan-pelan berubah warna menuju senja. Di jam-jam itu, Resto Kayu Manis terasa paling pas: tidak terlalu ramai, tapi juga tidak sepi. Lampu-lampu mulai dinyalakan, menciptakan suasana hangat yang menenangkan. Sering kali, saya sengaja datang lebih awal hanya untuk menikmati suasana sore di sana.
Makanan yang Selalu Mengundang Rindu
Saya sudah mencoba beberapa menu di sana, dan ada tiga yang selalu ingin saya pesan lagi: nasi goreng spesial, ikan gurame asam manis, dan sop buntut. Nasi gorengnya terasa pas — tidak terlalu berminyak, dengan rasa gurih yang merata di setiap suapan. Gurame asam manisnya juga menjadi favorit keluarga saya, terutama orang tua yang suka mencocol sausnya yang segar dan sedikit pedas.
Sedangkan sop buntutnya, menurut saya, punya cita rasa yang lembut dan kuahnya gurih tanpa terasa berlebihan. Dagingnya empuk, tapi tidak sampai hancur. Kalau sedang tidak terlalu lapar, saya sering hanya memesan sop buntut dan nasi putih — sederhana, tapi memuaskan. Ada sesuatu dari rasa makanannya yang membuat saya percaya, setiap hidangan di Resto Kayu Manis dimasak dengan perhatian.
Tentang Minuman dan Harga
Kalau soal minuman, saya harus jujur — rasanya tidak seistimewa makanannya. Bukan berarti tidak enak, hanya saja menurut saya rasanya kurang sesuai dengan harganya. Misalnya jus buah yang tampilannya menarik tapi rasanya agak datar. Tapi kalau dibandingkan dengan rasa dan porsi makanannya yang memuaskan, hal kecil seperti itu bisa dimaafkan.
Soal harga, saya tidak bisa bilang murah, tapi juga tidak mahal. Bagi saya, semuanya kembali pada pengalaman yang didapat. Tempatnya luas dan nyaman, pelayanannya ramah, makanannya enak, dan suasananya menyenangkan — jadi saya rasa, harga yang dibayar tetap worth it. Lagipula, bagi saya makan di sana bukan hanya soal perut kenyang, tapi juga tentang waktu bersama keluarga yang jarang bisa didapat setiap hari.
Waktu yang Tepat untuk Berkunjung
Berdasarkan pengalaman, waktu terbaik untuk datang ke Resto Kayu Manis adalah antara pukul 5 sore sampai 7 malam. Di jam itu, udara masih sejuk, suasana resto belum terlalu padat, dan kita bisa menikmati makanan dengan tenang. Jika datang lebih malam, biasanya tempatnya mulai ramai — terutama di akhir pekan.
Saya pernah datang di hari Sabtu malam, dan suasananya cukup padat. Tapi justru di situ letak daya tariknya: ramai, tapi tetap tertib dan nyaman. Ada musik lembut yang diputar, anak-anak tertawa, orang-orang bercengkerama — semua itu membentuk suasana yang akrab dan menyenangkan.
Kenangan yang Tersisa
Setiap kali makan di Resto Kayu Manis, saya selalu merasa seperti sedang menandai momen-momen kecil dalam hidup. Entah itu pertemuan keluarga, sekadar makan malam bersama istri dan anak-anak, atau jamuan sederhana saat orang tua datang dari Lamongan. Momen-momen seperti itu mungkin terlihat biasa, tapi justru di situlah maknanya — sederhana, tapi tulus.
Kadang, sambil menunggu pesanan datang, saya memperhatikan wajah orang-orang di meja sekitar: ada yang tertawa lepas, ada yang mengabadikan momen dengan kamera ponsel. Resto Kayu Manis memang punya cara membuat setiap orang merasa betah. Tidak hanya karena makanannya, tapi juga karena suasana dan kenangan yang tercipta di sana.
Penutup
Bagi saya, Resto Kayu Manis Paron bukan sekadar tempat makan. Ia adalah tempat untuk memperlambat langkah, menepi sejenak dari kesibukan, dan mengingat betapa berharganya kebersamaan dengan keluarga. Setiap kali saya duduk di sana, mencicipi nasi goreng atau sop buntut hangat, saya tahu — ada rasa syukur yang tumbuh perlahan.
Mungkin itulah yang membuat saya selalu ingin kembali: bukan hanya karena enaknya makanan, tapi karena rasa yang tertinggal setelahnya — hangat, damai, dan menyenangkan.





Gabung dalam percakapan