Lovember: Bulan Penuh Cinta dan Syukur
Makna Pribadi di Bulan November
Bagi sebagian orang, November mungkin hanya bulan kesebelas dalam kalender. Namun bagi saya, November selalu punya rasa yang berbeda — hangat, manis, dan penuh kenangan. Saya menyebutnya Lovember, bulan cinta dan syukur yang selalu membawa cerita baru dalam keluarga kecil kami.
Di awal bulan ini, tepat tanggal 1 November, istri saya berulang tahun. Sehari kemudian, 2 November, adalah hari ulang tahun pernikahan kami. Dua hari berturut-turut yang membuat saya selalu ingin melambatkan waktu. Dua hari yang mengingatkan saya, betapa cepatnya waktu berjalan, betapa banyak yang telah kami lewati bersama.
Tradisi Keluarga di Bulan Lovember
Setiap tahun, kami punya tradisi kecil untuk merayakannya. Tidak selalu mewah, tidak selalu jauh. Tapi selalu dengan kebersamaan. Kami memilih berlibur bersama — hanya kami berempat: saya, istri, dan dua anak kami. Di momen itulah, kami seolah memutar ulang kehidupan kami dalam versi yang paling jujur dan sederhana.
Liburan itu bukan hanya tentang melepas penat. Bagi istri saya, ini adalah waktu beristirahat dari rutinitasnya mengurus rumah, memasak, menyiapkan keperluan anak-anak, dan memastikan semuanya berjalan dengan baik. Bagi saya, ini kesempatan untuk lebih banyak mendengar, tertawa, dan hadir sepenuhnya — bukan hanya secara fisik, tapi juga hati.
Pelajaran dari Liburan Bersama Anak-anak
Perjalanan kecil kami setiap Lovember juga menjadi semacam home schooling alami untuk anak-anak. Mereka belajar banyak hal tanpa sadar: menghargai waktu bersama, memahami arti istirahat, melihat keindahan alam, dan belajar bahwa cinta orang tua bukan hanya kata, tapi tindakan yang nyata. Setiap perjalanan memberi pelajaran baru, yang tidak bisa mereka temukan di buku pelajaran.
Kadang saya melihat anak-anak tertawa di kursi belakang mobil, sementara istri saya tersenyum menatap keluar jendela — pemandangan sederhana yang entah mengapa terasa sangat berharga. Di momen seperti itu, saya tahu, kebahagiaan tidak selalu butuh alasan besar. Cukup bersama orang yang kita cintai, di waktu yang tepat, dengan hati yang penuh.
Refleksi tentang Cinta dan Syukur
Lovember bagi kami bukan tentang perayaan besar, melainkan tentang jeda — jeda untuk mengingat mengapa kami memulai semua ini. Mengingat janji yang dulu kami ucapkan, bukan di depan banyak orang, tapi di dalam hati: untuk saling menjaga, meski waktu terus berubah.
Saya sering berpikir, mungkin setiap keluarga punya versinya sendiri tentang Lovember. Ada yang merayakannya di bulan lain, ada yang tanpa tanggal khusus, tapi esensinya sama: menemukan kembali cinta di antara kesibukan hidup. Karena cinta, jika tidak dirawat, bisa pelan-pelan memudar tanpa kita sadari.
Menutup Lovember dengan Rasa Syukur
Maka setiap kali November datang, saya selalu berusaha menyambutnya dengan hati tenang. Bukan karena liburannya, tapi karena maknanya. Karena di bulan inilah saya belajar lagi tentang cinta yang sederhana, tentang syukur yang diam-diam tumbuh setiap hari, dan tentang keluarga — tempat segala perjalanan bermula dan berakhir.
Lovember mungkin hanya permainan kata antara “love” dan “November”. Tapi bagi saya, ia lebih dari itu. Ia adalah pengingat bahwa cinta butuh dirawat, dan waktu bersama keluarga adalah bentuk syukur paling indah yang bisa kita berikan dalam hidup ini.
Jadi setiap kali kalender berganti ke bulan kesebelas, saya tahu sudah waktunya memperlambat langkah. Saatnya menyalakan kembali obor kecil bernama cinta. Karena Lovember bukan sekadar bulan — ia adalah perasaan.


Gabung dalam percakapan