Selamat Hari Anak Sedunia: Tentang Tumbuh Bersama dan Dunia yang Ingin Kita Hadiahkan Untuk Anak-Anak Kita

Selamat Hari Anak Sedunia

Setiap tanggal 20 November, kalender menandai satu hari yang terasa sederhana, tetapi menyimpan pesan yang sangat besar: Hari Anak Sedunia. Di Indonesia, hari ini sering lewat begitu saja, tenggelam dalam kesibukan pekerjaan, sekolah, dan rutinitas harian. Namun, bagi saya pribadi—seorang ayah yang sedang berproses, sedang belajar, dan sering tidak tahu apa yang harus dilakukan—hari ini terasa seperti jeda kecil untuk melihat perjalanan saya bersama dua anak yang sedang tumbuh dengan cara mereka masing-masing.

Anak pertama saya adalah seorang perempuan, usianya kini 12 tahun. Sedang berada di masa yang unik: bukan anak kecil lagi, tapi belum remaja sepenuhnya. Ia mulai belajar memilih pakaian sendiri, mulai punya pendapatnya sendiri, bahkan mulai punya rahasia kecil yang tidak semuanya ingin ia ceritakan kepada saya. Tapi ia tetap anak kecil saya yang selalu berlari ke pintu setiap kali saya pulang.

Sementara anak kedua saya, seorang bocah laki-laki berusia 4 tahun, masih hidup dalam dunia yang penuh rasa penasaran. Dunia yang sederhana tetapi membahagiakan: mobil-mobilan, dinosaurus, lempar bola, dan pertanyaan-pertanyaan yang bisa muncul kapan saja—bahkan di waktu yang tidak terduga. “Ayah, kenapa awan bisa jalan?” “Ayah, apa dinosaurus kalau makan pedas batuk?” atau “Ayah, kamu sayang aku berapa banyak?”

Pertanyaan-pertanyaan polos itu sering kali menjadi pengingat halus bahwa dunia ini sebenarnya tidak serumit yang kita pikirkan. Dan dari sana, saya sering berhenti: apakah saya sudah cukup hadir? Sudah cukup sabar? Sudah cukup memberi ruang untuk mereka menjadi anak-anak?

Karena Anak Tidak Hanya Tumbuh — Mereka Mengajari Kita

Menjadi orang tua ternyata bukan soal menuntun anak menuju masa depan, tetapi ikut belajar berjalan bersama mereka. Banyak hal yang saya kira sudah saya pahami saat menjadi orang dewasa, justru saya pelajari ulang dari anak-anak saya.

Dari anak perempuan saya, saya belajar tentang perubahan—bahwa tumbuh itu tidak selalu mudah, bahwa menjadi diri sendiri butuh keberanian, dan bahwa setiap fase hidup memiliki pintunya masing-masing. Ada hari ketika ia pulang sekolah dengan wajah cerah bercerita tentang temannya, ada hari ketika ia pulang dalam diam, memikirkan sesuatu yang tidak ingin ia bahas dulu. Dan saya belajar menerima itu.

Dari anak laki-laki saya yang berusia empat tahun, saya belajar tentang tawa, tentang spontanitas, tentang rasa ingin tahu yang tidak pernah habis. Anak kecil memang begitu: mereka melihat dunia tanpa prasangka. Semua hal menarik. Semua hal ajaib. Dan jujur saja, dunia terasa lebih ringan ketika saya melihatnya melalui mata kecilnya.

Di usia saya sekarang, saya mulai sadar bahwa waktu berjalan jauh lebih cepat dari yang saya kira. Anak-anak saya tumbuh bukan dalam hitungan tahun, tetapi dalam hitungan hari. Tahu-tahu, sudah ada hal baru lagi yang mereka pelajari—dan saya berusaha mengejar ketertinggalan untuk tetap hadir melihat mereka berkembang. Menemani tumbuh di dunia yang terlalu cepat.

Ucapan Selamat Hari Anak

Dan di momen Hari Anak Sedunia 20 November 2025 ini, ada tiga kelompok anak yang ingin saya sapa secara khusus.

Pertama, untuk siswa-siswi SD Excellent Class BPPI Cokroaminoto—tempat putri saya belajar dan tumbuh. Kalian adalah anak-anak hebat yang setiap hari membawa semangat baru, rasa ingin tahu yang besar, dan kebaikan yang kalian sebarkan tanpa kalian sadari. Terima kasih sudah menjadi ruang belajar yang menyenangkan bagi anak saya dan bagi banyak anak lainnya. Selamat Hari Anak Sedunia—tetaplah tumbuh dengan hati yang bersih, pikiran yang berani, dan mimpi yang besar.

Kedua, untuk seluruh anak-anak peserta kursus di Pare-Dise Kampung Inggris. Setiap kali saya melihat tawa kalian, antusiasme kalian belajar bahasa Inggris, dan keberanian kalian mencoba hal-hal baru, saya selalu merasa optimis tentang masa depan. Kalian bukan hanya murid yang datang untuk belajar, tapi juga inspirasi yang membuat tempat ini hidup. Selamat Hari Anak untuk kalian semua—biarlah Pare-Dise selalu menjadi tempat bermain, belajar, dan bermimpi.

Dan terakhir, secara khusus, untuk kedua anak saya sendiri—putri saya Aisha Yumna dan putra saya Sultan Shankara. Selamat Hari Anak, Nak. Terima kasih sudah menjadi alasan terbesar Ayah untuk belajar menjadi lebih sabar, lebih baik, dan lebih mengerti arti hadir. Terima kasih karena setiap hari kalian mengajarkan Ayah tentang cinta yang tidak pernah habis, tentang kesederhanaan yang membahagiakan, dan tentang dunia yang ingin Ayah bangun agar kalian bisa tumbuh dengan aman, bebas, dan penuh harapan. Kalian berdua adalah cahaya kecil yang membuat setiap hari Ayah terasa lebih berarti. Semoga kalian tumbuh menjadi diri kalian sendiri dengan keberanian, kebaikan, dan kebahagiaan yang tidak pernah padam. Selamat Hari Anak—Ayah selalu sayang kalian, hari ini dan setiap hari.

Semoga Kita Tidak Lupa: Dunia Ini Milik Mereka

Hari Anak Sedunia bukan sekadar momen untuk mengucapkan selamat atau membuat unggahan di media sosial. Hari ini adalah pengingat bahwa setiap anak berhak atas masa kecil yang aman, bahagia, dan penuh cinta. Mereka bukan hanya generasi masa depan—mereka adalah manusia yang sedang hidup hari ini, dengan perasaan, impian, dan dunia kecil mereka sendiri.

Dan sebagai orang tua, guru, atau bahkan sebagai orang dewasa yang kebetulan hidup berdampingan dengan anak-anak, kita punya tanggung jawab untuk menjaga mereka. Menjaga ruang hati mereka tetap bersih. Menjaga tawa mereka tetap lepas. Menjaga rasa ingin tahu mereka tetap hidup. Dan menjaga harapan mereka tetap tumbuh.

Karena suatu hari nanti, dunia ini akan sepenuhnya berada di tangan mereka. Dan ketika hari itu tiba, saya ingin mereka mewarisi dunia yang lebih baik dari yang kita dapatkan—lebih damai, lebih manusiawi, lebih penuh kebaikan.

Selamat Hari Anak Sedunia. Untuk semua anak di mana pun berada — semoga kalian tumbuh dengan bahagia, bebas, dan dicintai.