Ketika Anak Berulang Tahun, Orang Tua Ikut Bertumbuh
Empat tahun lalu, seorang bayi kecil lahir dan mengubah cara saya melihat dunia.
Namanya Sultan — dan hari ini, dia genap berusia empat tahun.
Setiap kali ulang tahunnya tiba, saya seperti diberi kesempatan untuk berhenti sejenak, menengok ke belakang, dan melihat betapa banyak hal yang telah berubah. Bukan hanya tentang bagaimana Sultan tumbuh — tapi juga tentang bagaimana saya belajar menjadi orang tua.
Tentang Waktu yang Tak Pernah Bisa Diulang
Ada hal yang baru saya sadari sejak punya anak: waktu berjalan diam-diam.
Satu hari kita sibuk menenangkan tangis bayi, esoknya mereka sudah bisa
berlari dan memanggil kita dengan tawa.
Empat tahun terasa cepat sekali.
Sultan mengajarkan saya untuk menghargai momen-momen kecil — tawa tanpa
alasan, pelukan sebelum tidur, atau obrolan sederhana di tengah hari.
Hal-hal kecil yang dulu mungkin saya anggap sepele, ternyata justru menjadi
bagian paling berarti dalam perjalanan ini.
Anak yang Bertumbuh, dan Orang Tua yang Belajar
Banyak orang bilang, orang tua adalah guru pertama bagi anak.
Tapi semakin lama saya menyadari, justru anaklah yang banyak mengajari saya —
tentang sabar, tentang ketulusan, dan tentang cinta yang tidak meminta
imbalan.
Saya belajar bahwa menjadi ayah bukan berarti harus selalu kuat atau sempurna.
Kadang justru dengan mengakui kelemahan, saya bisa lebih dekat dengannya.
Dan mungkin itu juga bagian dari tumbuh: belajar bersikap lebih manusiawi di
hadapan anak sendiri.
Ulang Tahun: Bukan Sekadar Pertambahan Usia
Ulang tahun anak selalu punya nuansa yang sulit dijelaskan. Ada rasa bahagia, haru, juga sedikit takut — karena setiap lilin yang ditiup menandakan waktu yang tidak akan kembali.
Tapi di balik itu semua, saya hanya ingin satu hal: semoga Sultan tumbuh
dengan hati yang baik.
Bukan hanya menjadi anak yang pintar, tapi juga anak yang tahu bagaimana
menghargai orang lain, bersyukur atas hal-hal kecil, dan berani mencoba lagi
setiap kali gagal.
Itu saja sudah cukup.
Penutup
Sultan mungkin belum bisa membaca tulisan ini sekarang. Tapi suatu hari nanti,
ketika ia sudah cukup besar untuk memahami kata-kata, saya ingin ia tahu:
bahwa di balik setiap pelukan, ada doa yang diam-diam diselipkan oleh ayahnya.
Selamat ulang tahun yang keempat, Nak.
Kamu bertumbuh, dan ayah ikut bertumbuh bersamamu.

Gabung dalam percakapan